Senin, 25 Agustus 2014

Mudah saja bagimu



Tuhan aku berjalan menyusuri malam
Setelah patah hati ku
Aku berdoa semoga saja
Ini terbaik untuknya

Dia bilang
Kau harus bisa seperti aku
Yang sudah biarlah sudah

Mudah saja bagimu
Mudah saja untukmu
Andai saja, cintamu seperti cintaku

Selang
Waktu berjalan
Kau kembali datang
Tanyakan keadaanku

Ku bilang
Kau tak berhak tanyakan hidupku
Membuatku semakin terluka

Mudah saja bagimu
Mudah saja untukmu
Coba saja lukamu seperti lukaku

Kau tak berhak tanyakan keadaanku
Kau tak berhak tanyakan keadaanku

Mudah saja bagimu
Mudah saja untukmu

Andai saja, cintamu seperti cintaku

Minggu, 10 Agustus 2014

belajar bijaksana dari sebuah kesemuan dan dilema



Kurang mengerti dengan yang namanya jahat dan baik. Semua serba semu. Ada kalanya orang yang baik pada kita adalah orang ang jahat pada kita. Dan siapa sangka jika orang yang jahat pada kita, mempunyai kemuliaan lebih dari yang kita bayangkan. Abstrak rasanya untuk mendefinisikan bahkan untuk membedakan di dunia nyata. Orang yang baik dan dekat dengan kita kadang mempunyai kecenderungan untuk menyakiti kita lebih dalam. Mungkin karena keintiman yang terjalin selama ini. Jadi jika melakukan kesalahan, akibatnya jadi fatal.
Kita seharusnya tak bisa menjudge orang itu baik atau jahat. Yang kita lihat hanyalah dari cover nya saja. Kadang pikiran kita aneh juga ketika orang baik pada kita. Saking was-was apa yang melatarbelakangi dia melakukan hal itu (kebaikan)?apa ada maksud lain yang meminta pamrih? Kadang juga bahasa hati kurang dimengerti,,dan siapa yang akan mengerti? Selain diri sendiri dan Tuhan.
Sulit rasanya mempercayai orang lain. Untuk percaya kita harus berani mengambil resiko untuk dikhianati. Jika sudah terhianati, maka kita membangun kepercayaan dari bawah lagi. Itu dia bagian tersulit. Jika saja kebaikan dan kejahatan itu seperti matematika yang tercantum standar angka, mana orang yang masuk kriteria baik dan mana yang jahat. Tapi baik dan jahat itu bukan angka, sayangnya. Jadi yang lebih tepat gunakan hati untuk menilainya. Itu cara yang paling bijaksana.
Kalau kata orang, diam adalah emas tapi bagiku diam adalah senjata. Senjata bagi orang orang yang berniat jahat bagiku dan senjata untuk menjaga orang yang baik bagiku. Kenapa?
Orang jahat yang mengganggu kita akan salah tingkah jika kita diam (cuek) dan diam agar aku sendiri tak menyakiti orang yang baik dengan perkataanku yang kadang kebablasan. Sulit juga menilai hati seseorang,,,akhirnya kita dilema. Kalau sedang dilema,, carilah kebijaksanaan. Entah bagaimana kalian merumuskannya. Bagiku ini akan lebih baik,,
Putuskan tindakan bijaksana apa yang akan kalian ambil. Hanya saja ini akan sedikit lebih sulit dibandingkan mencari rumus matematika di tumpukkan buku lawas. Yang ada seperti benang kusut. Entah bagaimana kalian akan menguraikannya untuk menilai seseorang.
Karena, sebenarnya hati itu sangat sederhana mintanya. Yang sulit adalah menimbang beratnya baik dan jahat itu. Pastilah tak ada manusia yang sempurna, seseorang akan memilki sifat baik dan jahat, tinggal mana yang mendominasi. Jika dilihat kecenderungan memilih jahat, akan jadi baik jika sifat jahatnya itu secara perlahan di kikis. Penilaian orang jahat jadi baik akan dapat dilihal dari usaha dan konsistensinya berada pada jalan perubahan.
Menurut pandanganku!
Tapi jangan langsung percaya dengan perkataan yang diucapkan. Sinkronkan dengan tindakannya. Entah bagaimana pun, masih tetap ada peluang orang jahat untuk kembali pada jalan kebaikan. Dan sekarang giliran kalian membangun kepercayaan dari awal. Walau sulit dan akan memakan waktu lama. Tapi cobalah untuk belajar bijaksana.